A Silent Voice (film)
A Silent Voice: The Movie (Jepang: 映画 聲の形 , Hepburn: Eiga Koe no Katachi, juga diterjemahkan sebagai The Shape of Voice: The Movie) adalah sebuah film drama remaja animasi Jepang tahun 2016 yang diproduksi oleh Kyoto Animation, disutradarai oleh Naoko Yamada dan ditulis oleh Reiko Yoshida, menampilkan desain karakter karya Futoshi Nishiya dan musik karya Kensuke Ushio.[3] Film ini diadaptasi dari manga berjudul sama yang ditulis dan diilustrasikan oleh Yoshitoki Ōima. Film ini diputar perdana di Jepang pada tanggal 17 September 2016 dan di seluruh dunia antara bulan Februari dan Juni 2017. Alur ceritaShōya Ishida bertindak sesuai kemauannya dan berjalan ke tepi jembatan—berniat untuk bunuh diri. Pada menit-menit terakhir, akal sehatnya muncul kembali. Ia kemudian mendengar suara kembang api dan mengingat kembali hari-harinya di sekolah dasar dan peristiwa yang telah membawanya ke titik ini dalam hidupnya. Pada masa itu, Shōya adalah seorang anak yang acuh tak acuh, memandang teman-temannya sebagai cara untuk menghilangkan kebosanannya. Masuknya seorang siswa baru bernama Shōko Nishimiya ke dalam kelasnya menarik minatnya, ketika Shōko memberi tahu kepada teman sekelasnya bahwa ia tuli. Terlepas dari kecacatannya, ia mencoba yang terbaik untuk hidup normal dan menjalin hubungan dengan teman sekelasnya. Namun, murid-murid lain dan guru percaya bahwa kehadirannya mengganggu keseimbangan sosial, dan Shōya mulai menjahilinya.[4] Ketika isu penindasan mencapai telinga kepala sekolah, Shōya ditunjuk sebagai pelakunya. Ia menyatakan bahwa beberapa temannya juga ikut mengganggu Shōko, tetapi mereka hanya diam dan berpaling darinya—menolak fakta bahwa mereka ikut terlibat. Dengan segera, teman-teman sekelasnya mulai menindasnya, mirip dengan perlakuan yang ia berikan kepada Shōko. Shōya menyalahkan Shōko dan mereka berdua bertengkar setelah ia melihat Shōko melakukan sesuatu ke mejanya. Shōko kemudian dipindahkan ke sekolah lain, dan ia akhirnya tahu bahwa Shōko menghapus pesan-pesan kebencian yang ditinggalkan teman-teman sekelasnya di atas mejanya. Shōya melihat dirinya sendiri, menyadari status barunya sebagai orang buangan yang tersiksa. Setelah dilempar ke kolam oleh teman-teman sekelasnya, ia menemukan buku catatan Shōko.[5] Sekarang telah duduk di bangku sekolah menengah, Shōya tetap menjadi orang yang menolak interaksi sosial, dan mulai tumbuh untuk menerima masa lalunya sebagai hukuman.[6] Dengan penuh rasa bersalah dan kecemasan, ia menandai wajah orang-orang di sekitarnya dengan tanda X, tidak bisa menatap mata mereka.[5] Meski demikian, Tomohiro Nagatsuka—seorang siswa penyendiri lainnya, berteman dengannya hingga mencapai titik saat Tomohiro menganggapnya sebagai "teman terbaik"-nya. Shōya mengunjungi pusat bahasa isyarat untuk mengembalikan buku catatan Shōko yang sudah terendam air dengan harapan agar ia bisa menebus kesalahannya. Keduanya mulai sering bertemu di sebuah jembatan, dan menggunakan roti untuk memberi makan ikan koi. Yuzuru—adik Shōko, sangat meragukan niat Shōya. Suatu hari, Shōya melompat ke sungai setelah Shōko melakukan hal yang sama untuk mengambil buku catatannya yang jatuh—tindakan ini dilarang, dan Yuzuru mengunggah foto Shōya secara daring. Shōya diskors atas tindakannya, dan Yuzuru mengakui bahwa dialah yang mengunggah foto tersebut; ketika ia pingsan, Shōya membawanya untuk menginap di rumahnya. Saat Yuzuru pergi di tengah malam yang berhujan, Shōya mengikutinya dan mengatakan kepadanya bahwa ia benar-benar menyesal atas perlakuannya terhadap Shōko. Shōko memberi hadiah untuk Shōya dan mengakui perasaannya kepadanya, tetapi karena ia mencoba untuk berbicara dan bukannya menggunakan isyarat tangan, Shōya tidak memahaminya. Khawatir bahwa kesalahpahaman ini membuat Shōko kesal, Shōya mengajaknya untuk pergi ke taman bermain bersamanya dan sekelompok teman sekelasnya. Di sana, Naoka Ueno akhirnya menyuarakan ketidaksukaannya pada Shōko. Di kelas, merasa putus asa untuk tetap tidak bersalah atas penindasan Shōko, Miki Kawai mengekspos masa lalu Shōya kepada para siswa yang masih belum mengetahui peristiwa itu, dan di sisi lain berusaha lepas tangan atas keterlibatannya sendiri. Sekelompok sahabat ini mengalami konfrontasi memanas tentang tingkat tanggung jawab masing-masing dan diakhiri dengan kata-kata Shōya, yang tanpa perasaan menyebut peran mereka saat menindas Shōko. Untuk menyemangati Shōko setelah kematian neneknya, Shōya membawanya ke wilayah pedesaan, di mana ia mulai memahami betapa Shōko menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang telah terjadi kepadanya. Putus asa untuk meyakinkan dan mengubah pola pikirnya, Shōya berusaha untuk bertemu dengan Yuzuru dan Shōko secara teratur. Saat festival kembang api, Shōko pulang ke rumah dengan alasan untuk menyelesaikan beberapa tugas sekolah. Shōya mengikuti ketika Yuzuru memintanya untuk mengambil kameranya yang tertinggal. Ketika ia tiba, ia menemukan Shōko telah berdiri di balkon, di ambang usahanya menjatuhkan diri menuju kematiannya.[5] Shōya berhasil meraihnya dan menariknya kembali, tetapi ia sendiri justru tergelincir dan jatuh tepat di sungai, membuatnya koma. Pada suatu malam, Shōko bermimpi menerima kunjungan perpisahan dari Shōya. Merasa takut, ia berlari ke jembatan di mana mereka biasanya memberi makan koi dan ambruk dalam tangisan. Shōya, terbangun dari komanya dalam keadaan panik, berlari pincang ke jembatan itu dan menemukan Shōko di sana, meringkuk dalam keputusasaan. Ia secara formal meminta maaf kepadanya atas perlakuannya dahulu, dan untuk sedemikian banyak hal yang ia lakukan yang mungkin telah menyebabkan Shōko membenci dirinya sendiri. Shōya meminta Shōko untuk berhenti menyalahkan dirinya sendiri, dan juga mengakui bahwa di saat dirinya sendiri pernah mempertimbangkan untuk menyerah dan mengakhiri hidupnya sendiri, ia memutuskan untuk tidak melakukannya. Shōya kemudian meminta kepada Shōko untuk membantunya terus hidup.[5] Ketika Shōya pergi ke festival sekolah dengan Shōko, ia mengetahui seberapa banyak teman-temannya dari sekolah dasar yang masih peduli kepadanya, dan mereka semua berdamai. Setelah itu, Shōya meminta teman-temannya untuk pergi ke festival sekolah bersama-sama. Selama festival, Shōya akhirnya mengatasi kesalahan masa lalunya dan akhirnya bisa melihat wajah orang lain, saat ia menangis dan menyadari bahwa ia setidaknya telah menemukan penebusan dan pengampunan atas masa lalunya. Pengisi suara
ProduksiAdaptasi anime dari manga diumumkan pada bab terakhir manga yang dirilis pada tanggal 19 November 2014,[10] dan pada tanggal 17 Desember 2014 dijelaskan bahwa adaptasi tersebut akan berupa film bioskop.[11] Pada edisi ke-46 dari Weekly Shōnen Magazine tahun 2015 yang diterbitkan pada tanggal 14 Oktober 2015, telah diumumkan bahwa Kyoto Animation dan Naoko Yamada akan menjadi studio animasi dan sutradara untuk film ini.[12] Penyalur film, Shochiku, menjadwalkan bahwa film adaptasi akan dirilis pada semester empat tahun 2016.[13] Pada tanggal 8 April 2016, situs web resmi untuk film ini dibuka, dan mengumumkan bahwa Reiko Yoshida akan menulis naskah untuk film, Futoshi Nishiya akan mendesain karakter dan film ini dijadwalkan utuk dirilis di bioskop-bioskop Jepang pada tanggal 17 September 2016.[14] Kensuke Ushio dan Pony Canyon mengomposisi dan memproduksi musik untuk film ini.[7] Lagu tema utama dari film ini, berjudul "Koi wo Shita no wa" (恋をしたのは), dinyanyikan oleh Aiko, sedangkan "My Generation" oleh The Who digunakan pada bagian kredit pembuka.[15][16] Untuk pengisi suara bahasa Inggris, pemeran wanita tuna rungu Lexi Cowden akan mengisi suara Shōko.[17] PerilisanFilm ini menjalani pemutaran perdana di 120 bioskop di seluruh Jepang pada tanggal 17 September 2016.[14][18] Film ini juga ditampilkan dalam festival Scotland Loves Animation 2016 pada tanggal 22 Oktober 2016,[19] dan dalam acara ICA di London pada tanggal 5 Februari 2017.[20] Anime Limited menyalurkan dan merilis film ini di Britania Raya dan Irlandia pada tanggal 15 Maret 2017.[21] Purple Plan merilis film ini di Singapura dan Malaysia pada tanggal 9 Maret 2017.[22] Madman Entertainment merilis film ini untuk durasi singkat di Australia dan Selandia Baru pada tanggal 9 April 2017 dan 16 April 2017.[23] Pada tahun 2017, Konnichiwa Festival akan merilis film ini di bioskop-bioskop di Meksiko, Brasil, Chili, Kolombia, Kosta Rika, El Salvador, Guatemala, Honduras, Panama dan Peru, untuk periode terbatas pada bulan Mei, sedangkan di negara-negara seperti Argentina dan Uruguay, film ini akan dirilis oleh Anifest di bioskop pada bulan Juni.[24] Pioneer Films merilis film ini di Filipina pada tanggal 10 Mei 2017 secara nasional.[25] Film ini diputar di Anime Expo pada tanggal 3 Juli 2017, dan diumumkan bahwa film ini akan dirilis di bioskop-bioskop di Amerika Serikat pada tanggal 20 Oktober 2017.[26] Video rumahan versi Blu-ray dirilis di Jepang pada tanggal 17 Mei 2017, yang berisi dua video animasi dari lagu tema film ini dan "Speed of Youth", salah satu lagu tema oleh komposer Kensuke Ushio.[27] PenerimaanBox officeFilm ini menduduki peringkat #2 di box office Jepang setelah dirilis, berada di belakang Kimi no Na wa karya Makoto Shinkai, dan meraup total ¥283 juta dari 200.000 penjualan tiket dalam jangka waktu dua hari sejak pemutaran perdananya di 120 bioskop.[18] Hingga tanggal 30 November 2016, film ini telah meraup total lebih dari ¥2,2 miliar dari 1.7 juta penjualan tiket.[28] Film ini menduduki peringkat #16 pada Nikkei Hit Ranking untuk tahun 2016 dari divisi Timur.[29] Film ini merupakan film terlaris ke-19 di Jepang pada tahun 2016 dan juga film Jepang terlaris ke-10 pada tahun yang sama di Jepang (seimbang dengan Death Note: Light Up the New World), dengan ¥2,3 miliar (US$19,56 juta).[2] Koe no Katachi menghasilkan $19.56 juta di Jepang dan $2,936,334 di wilayah lainnya dengan total seluruh dunia mencapai lebih dari $22 juta.[30] Film ini juga meraup CN¥ 43.4 juta di Tiongkok.[31] Tanggapan kritikusMakoto Shinkai, sutradara dari Kimi no Na Wa, menyebut film ini sebagai "mahakarya yang fantastis" dan sebuah "karya yang dipoles dengan megah" yang bahkan tidak akan mampu ditirunya.[32] Film ini memenangkan kategori Animasi Terbaik Tahun Ini dalam Penghargaan Kritikus Film Jepang ke-26, dan sutradara Naoko Yamada juga menerima pujian atas karyanya dalam film ini.[33] Pada Festival Film Animasi Internasional Annecy 2017, film ini dipilih sebagai salah satu dari sembilan film pilihan dalam kompetisi.[34] Pada situs web pengumpul ulasan Rotten Tomatoes, film ini mendapatkan peringkat penerimaan sebesar 93% berdasarkan 27 ulasan, dan peringkat rata-rata sebesar 7.6/10. Konsensus kritik dari situs web tersebut menyatakan, "dibuat dengan indah dan ditulis dengan kuat, Koe no Katachi menggambarkan penindasan khas remaja dari sudut pandang keras yang memukau yang umumnya jarang terjadi melalui perantara animasi."[35] Di Metacritic, film ini memiliki skor dengan bobot rata-rata 78 dari 100, berdasarkan 10 ulasan, menunjukkan "ulasan yang umumnya digemari".[36] Charles Solomon dari Los Angeles Times memuji film ini, menyebutnya sebagai "sebuah penggambaran yang tak terbantahkan terhadap kekejaman khas anak-anak yang saling menimpa satu sama lain".[37] James Berardinelli dari Reelviews memberikan tiga dari empat bintang, menyebut bahwa film ini menggambarkan perbedaan kualitas anime Jepang dengan animasi tradisional Amerika Serikat—menyatakan "bahkan Disney tidak akan mampu membuat animasi dengan kualitas seperti ini, tidak dalam jutaan tahun". Ia juga memuji sutradara Naoko Yamada atas animasi dan teknik kamera yang memukau.[38] Alex Osborn dari IGN Movies memberikan nilai 9.5 dari 10, memuji alur film yang "brilian dan disertai narasi yang disusun dengan ahli". Ia secara pribadi menyebut A Silent Voice sebagai salah satu film yang paling menyentuh dari sekian banyak film yang ditontonnya pada tahun 2017.[39] James Marsh dari South China Morning Post memberikan empat dari lima bintang, menyebut bahwa film ini merupakan "gambaran yang otentik tentang kerentanan remaja dan bahaya unik dari kehidupan remaja".[5] Di sisi lain, Jake Wilson dari The Sydney Morning Herald memberikan 2.5 dari lima bintang. Ia merasa plot cerita terus berputar tanpa henti, para karakter terasa samar dan generik—merasa film ini seolah-olah meminta penonton untuk memproyeksikan fantasi mereka sendiri kepada karakter. Meski ada beberapa adegan yang menurutnya "indah", Wilson menilai film ini kurang memiliki kekuatan emosional seperti yang seharusnya.[6] Sherilyn Connelly dari The Village Voice, memuji visual film yang disebutnya menarik, tetapi menilai upaya penebusan dosa Shōya "mustahil untuk didukung".[40] Penghargaan
ReferensiCatatan kaki
SumberSitus web
Pranala luar
|